Motor Supri X 125R tahun 2009 April, ganti aki pertama Februari 2015
(umur baterai 6 tahun kurang 2 bulan) tergolong awet. Agustus 2015 bolak balik
untuk keluar kota. Saya tambah acesoris untuk ngecas HP belikan auto lighter
dan carger mobil dengan maksud kalua-kalau di jalan HP mati tinggal colok ke
motor. Awal Oktober 2016 (umur baterai 1 tahun lebih 7 bulan) saya pulang
menempuh 200 km (Kudus-Jogja) yg dirasakan motor tarikan berat (saya rasakan
setelah menempuh 40 km baru sampai Klambu, Taruman), kadang mati kalau putaran
idel/tidak digas (karena saya setel dibawah rpm standar), belum ada pikiran apa-apa kalau aki bermasalah karena dashboard tidak
menunjukkan tanda-tanda redup/lampu mati hidup/jarum speedo ngaco. Rantai
adalah hal utama yang saya perhatikan kalau berpergian jauh harus basah oleh pelumas.
Dan saat itu saya cek rantainya kering akibat air hujan dan debu pasir (memang
dari awal berangkat sudah hujan, 200 km, 6 jam perjalanan, sore-malam hujan
tidak ada hentinya).
Hipotesis saya rantai kering menyebabkan tarikan berat, karena tidak mulusnya berputar menambah beban putaran roda. Saat di lampu merah (selatan simpang 5 Purwodadi) berhenti motor saya mati (motor di setel lebih rendah dari putaran idel standar biar irit dan tidak cepat panas) saya stater sekali gak hidup dua kali baru hidup. Saat deselerasi mesin mati, ngerem dan berhenti juga mesin mati, jadi saya mainkan gas agar putaran mesin tetap terjaga. Melewati Gemolong-Sragen-Kartasura-Klaten-Jogja aman motor tidak macet. Syukur sampai di rumah dengan selamat.
Hipotesis saya rantai kering menyebabkan tarikan berat, karena tidak mulusnya berputar menambah beban putaran roda. Saat di lampu merah (selatan simpang 5 Purwodadi) berhenti motor saya mati (motor di setel lebih rendah dari putaran idel standar biar irit dan tidak cepat panas) saya stater sekali gak hidup dua kali baru hidup. Saat deselerasi mesin mati, ngerem dan berhenti juga mesin mati, jadi saya mainkan gas agar putaran mesin tetap terjaga. Melewati Gemolong-Sragen-Kartasura-Klaten-Jogja aman motor tidak macet. Syukur sampai di rumah dengan selamat.
Keesokan harinya
dirumah saya naikan stasionernya (putaran idel), saya bersihkan busi. Nyalakan
dengan elektrik stater masih hidup, rantai dilumasi dengan oil chain, putar roda belakang kalau berputar mulus bisa berputar 4 putaran dipastikan motor
nyaman dinaiki. Beres sudah aman tunganggan nya kalau untuk touring lagi.
Lima hari
berikutnya touring lagi rutenya masih sama ketika pulang. Dari Wates motor
hidup normal tidak menunjukkan trouble. Sampai di Kalasan mau pindah gigi,
turunkan gas jarum speedometer ngaco gerak ke 160 kembali ke 0, lampu dasboard
mati hidup, kemudian manjer di 40 jarum tidak bergerak. Saya naikan gas dashboard hidup lagi. Pikir saya ini akinya
tekor bagaimana kalau motor mati (perjalanan masih 160 km lagi).
Saya siasati dengan mengubah berkendara, kecepatan saya pertahankan 60 km/jam, semua lampu saya matikan, tidak ngelakson, tidak belok tidak pakai sein (yang ini perlu hati-hati), dan meminimalkan menginjak rem. Medan berat masih bisa dilalui tanjakan, jalan berkelok, naik turun bukit dan nyalip truk dan bus (ini akselerasi memang perlu 80 km/jam) yah semua bisa dilalui. Dengan cara itu selamat sampai tujuan, perjalanan 6 jam, 200 km dengan baterai soak.
Selanjutnya
apakah masih bisa menempuh 200 km lagi dengan kondisi seperti itu (auto lighter
dan carger mobil saya lepas, putaran idel saya naikkan).
Minggu depan!
No comments:
Post a Comment